Press Release Pernyataan Keberatan Keluarga
Keluarga besar keturunan Kerajaan Binuang terakhir ARADJANG TOA H. ANDI MATTULADA menyampaikan pernyataan ke publik terkait adanya klaim yang tiba-tiba ada yang mau jadi RAJA. Hal ini diera keterbukaan sah-sah saja memproklamirkan diri jadi “Raja” sehingga mempopulerkan istilah Paduka yang mulia tujuannya untuk membudayakan asset kearifan lokal yang ada di Indonesia, khususnya Polewali Mandar. Masalahnya yang diklaim ini Kerajaan Binuang salah satu kerajaan di jazirah mandar yg masuk dalam Pitu Babaqna Binanga, dan yang berkuasa di kerajaaan atau aradjang binuang terakhir sesuai dokumen yang ada dan tidak terbantahkan diperintah oleh Aradjang TOA H. ANDI MATTULADA sesuai lontaraq sejak 22-08-1928 yang diperkuat keputusan gubernur jenderal Hindia belanda wilayah Sulawesi no 42-1 tanggal 14-02-1931 dan berhenti berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 10 januari 1952, sejak itu tidak ada lagi kerajaan dan menyatu kedalam sistem pemerintahan NKRI.
Tentu hal ini mengusik perasaan keluarga besar keturunan Aradjang TOA H. ANDI MATTULADA, koq tiba-tiba ada klaim mengatasnamakan Kerajaan Binuang. Hal ini juga dibenarkan oleh keluarga keturunan ARADJANG TOA H. ANDI MATTULADA, melalui juru bicara keluarga besar Aradjang Binuang Irfan A.Palalloi bin Andi Palalloi bin Andi Pabettai bin Andi Mattulada menyatakan bahwa Keluarga Besar keturunan Aradjang TOA H. ANDI MATTULADA sudah mengetahui hal tersebut, dan sudah dibahas pada saat kumpul silaturahim keluarga besar, bahkan respon keras diberikan oleh Sebagian besar keluarga karena ternyata hal ini sudah kedua kalinya dilakukan oleh pihak yang mengklaim bahkan melantik dirinya raja.
Irfan Palalloi menyatakan, ini sesuatu yang diluar nalar kewarasan, bahkan memperolok-olok diri sendiri, dan sangat disayangkan ditengah upaya menggali nilai-nilai kearifan lokal untuk membangun karakter penerus, malah menyajikan perilaku tak berbudaya, tidak menghargai spirit Aradjang Binuang, tidak memandang keluarga besar keturunan langsung H.ANDI MATTULADA yang sampai saat ini masih ada dan sangat banyak, kami keluarga besar keturunan Aradjang Binuang terakhir sangat terbuka bagi siapa saja yang akan menjalankan kegiatan kebudayaan namun lakukan dengan benar dan junjung tinggi nilai-nilai malaqbiq nenek nenek kita, jangan datang alas an silaturahim namun punya itikad jelek dan melenceng dibelakangnya, harapannya hentikan segala bentuk pernyataan-pernyataan yang berpotensi memutus tali silaturahim.
Menurutnya, dia ditugaskan keluarga besar untuk menyampaikan ke publik akan sikap dan pernyataan keluarga besar keturunan Aradjang Binuang Terakhir Alm. H. Andi Mattulada, sbb:
1. Kegiatan atau pernyataan/ deklarasi/ pelantikan yang mengatasnamakan Kerajaan Binuang tanpa persetujuan / sepengetahuan Keluarga Besar Keturunan Kerajaan Binuang adalah Tindakan yang tidak menjunjung nilai nilai adat, adab, kesopanan, serta martabat Keluarga Besar Aradjang Binuang.
2. Kegiatan sebagaimana yang dimaksud pada bagian pertama kami nyatakan TIDAK SAH dan keberatan akan kegiatan-kegiatan tersebut.
3. Meminta pihak-pihak yang berafiliasi, mendukung, serta Lembaga maupun instansi pemerintahan memberhentikan kegiatan-kegiatan tersebut.
4. Keluarga Besar Keturunan Kerajaan Binuang Terakhir (Aradjang Binuang) H. ANDI MATTULADA, tidak bertanggung jawab atas dampak hukum, atau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, atau melanggar perundang-undangan.
Pernyataan sikap dan keberatan Keluarga besar Keturunan Aradjang Binuang Terakhir, juga sudah disampaikan Kepada Bupati Polewali Mandar, Gubernur Sulawesi Barat, unsur Forkopimda, serta berkoordinasi dengan Forum Kerajaan dan Kelembagaan Adat Se-Sulawesi, ujarnya menutup pernyataan.